Kadar Natrium normal berkisar 135-145 mmol/l, dikontrol oleh sistem renalis. Natrium serum merupakan determinan penting untuk menentukan osmolalitas serum dan cairan ekstraseluler. Natrium urin tergantung pada GFR sedangkan pada neonatus GFR lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Neonatus juga memiliki kapasitas tubular yang terbatas untuk reabsorpsi natrium sehingga neonatus lebih banyak kehilangan natrium. Metabolism natrium menyebabkan diuresis normal berkisar 2-4 mmol/kg/hari.
Hiponatremi
Kadar natrium <135 mmol/L dapat terjadi dengan kondisi hipovolumia, euvolemia, atau hipervolemia (tabel 1). Gejala biasanya tidak muncul sampai kadar natrium <120 mmol/L dan merupakan akibat cerebral edema yang berupa apathy, nausea, muntah, nyeri kepala, kejang dan koma. Berat ringannya gejala berhubungan secara langsung dengan dengan cepatnya onset dan besarnya derajat hiponatremi. Ginjal berespon terhadap hiponatremia dengan megeluarkan urin yang lebih terdilusi, tetapi sekresi ADH yang berespon terhadap hipovolumia akan berpengaruh terhadap respon ginjal ini. Dengan demikian pengukuran natrium urin akan dapat digunakan untuk membedakan penyebab hiponatremi. Kadar Natrium urin <10 mmol/L mengindikasikan respon ginjal yang cukup terhadap hiponatremi euvolemik. Jika kadar natrium urin >20mmol/L dapat mengindikasikan kerusakan tubulus renalis atau hipervolemia.
Hipernatremia
Hipernatremia (kadar Na serum>145 mmol/L) dapat terjadi pada berbagai kondisi hidrasi (tabel 1). Pada anak-anak lebih banyak terjadi akibat kondisi sekunder yang diakibatkan oleh kehilangan cairan hipotonik seperti pada diare. Gejala klinis meliputi membrane mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, ngantuk iritabilitas, hipertonik, kejang dan koma. Kehilangan cairan dari jaringan otak dapat terjadi pada robeknya pembuluh darah dan perdarahan cerebral. Jaringan otak berespon dengan menahan taurine intraseluler yang diharapkan akan meningkatkan kembalinya air dari ekstraseluler ke intraseluler.
Kalium
Kalium merupakan kation yang paling banyak di intraseluler dan penting untuk menjaga mekasisme transport transmembran. Konsentrasi normal Kalium berkisar antara 3,5-5,8 mmol/L. pada 24-72 jam postpartum , perpindahan kalium dalam jumlah besar terjadi dari intraseluler ke ekstraseluler menghasilkan peningkatan kadar potassium plasma. Kondisi ini ditambah dengan fase diuresis yang mengurangi ekskresi kalium dengan membatasi ketersediaan air dan natrium. Kondisi ini berhubungan dengan prematuritas dan berpengaruh terhadap morbiditas neonatus. Kalium menurun kadarnya pada akhir fase diuresis dan saat ekskresi kalium meningkat. Pemberian suplemen kalium tidak diperlukan pada hari pertama kelahiran, setelah diuresis intake maintenan antara 1-3 mmol/kg dapat dilakukan.
Hipokalemia
Hipokalemia biasanya terjadi iatrogenic, karena intake kalium inadekuat ataupun penggunakan diuretic. Hipokalemia dapat juga terjadi pada muntah, diare, alkalosis (yang mengakibatkan pergeseran kalium intraseluler) atau pada gagal ginjal poliuri. Insulin dan sistem simpatis juga mengakibatkan pergeseran kalium ke intraseluler dan memicu terjadinya hipokalemi. Gradient normal ion terputus dan dapat mengakibatkan abnormalitas konduksi otot yang berupa aritmia, ileus paralitik, retensi urin dan paralisis otot pernapasan.
Hiperkalemia
Penyebab hiperkalemia meliputi asidosis metabolik, nekrosis jaringan yang disertai dengan pelepasan kalium intraseluler, gagal ginjal akut, intake yang berlebihana, insufisiensi adrenal, DM tergantung insulin, hemolisis berat. Hiperkalemia dapat dipicu oleh hipoksia, asidosi metabolik, stress katabolisme, dan oliguria. Bayi preterm dapat mengalami hiperkalemia dengan kehilangan jumlah cairan yang banyak. Seperti pada hipokalemia, hiperkalemia dapat menyebabkan gangguan transport elektrlit di membrane sel sehingga dapat menyebabkan aritmia jantung terasuk asystole.
Kalsium
Kalsium berperan penting dalam aktivitas enzim, kontraksi relaksasi otot, pembekuan darah, metablisme tulang, konduksi sistem saraf. Konsentrasi total kalsium dalam serum berkisar antara 1,8-2,0 mmol/l pada neonatus dan 2-2,5 mmol/l pada bayi matur dan terbagi menjadi 3 bagian. Sebanyak 30-50% terikat protein, 5-15% berbentuk komplek dengan sitrat, laktat, bikarbonat, dan ion anorganik. Sisanya berupa kalisum bebas yang merupakan metabolit aktif dan konsentrainya flutkutatif tergantung konsentrasi albumin. Ion hydrogen berkompetisi dengan kalsium untuk berikatan dengan albumin, sehingga pada kondisi asidosis konsentrasi kalsium akan meningkat.
Metabolism kalsium diatur oleh beberapa hormone, tetapi terutam oleh 1,25-dihydroxycholecalciferol (absorpi lambung, resorpsi tulang, penaingkatan rabsorpsi kalsium oleh ginjal), paratiroid (resorpsi ruling, penurunan ekskresi ginjal), dan kalsitoin (pembentukan tulang, dan peningkatan eksresi urin). Kalsium ditranport aktif dari maternal ke fetus melawan gradient konsentrasi sehingga akan terjadi hiperkalsemia peripartum. Pada kenyataannya sering terjadi penurunan konsentrasi kalsium post partum menjadi 1,8-2,1 mmol/l dan meningkat perlahan dalam 24-48 jam ke tingkat bayi normal.
Hipokalsemia
Selain terjadi hipokalsemia fisiologis pada neonatus, hipokalsemia juga dapat diakibatkan oleh hipoparatiroid, meliputi DiGeorge syndrome, insensifitas paratiroid pada neonatus yang dilahirkan dari ibu diabetes,yang kemungkinan berhubungan dengan hipomagnesemia. Manifestasi klinisnya dapat berupa tremor, kejang, dan interval QT yang memanjang.
Hiperkalsemia
Hiperkalsemia lebih jarang terjadi daripada hipokalsemia tetapi dapat berhubungan dengan kesalahan metabolisme sewaktu kelahiran, kesalahan tersebut dapat berupa hiperkalsemia-hipokalsiuria familial atau hiperparatiroid primer. Penyebab iatrogenic dapat berupa overdosis vitamin A atau defisiensi intake fosfat. Penyebab lain yang jarang adalah hiperparatiroid tersier, sindrom parancoplastic dan metastase ke tulang.
Magnesium
Magnesium merupakan kofaktor enzim yang penting yang berperan dalam etabolisme ATP dan glikolisis. Sebanyak 20 % magnesium terlibat dalam metabolisme aktif yang ditukar dengan ion aktif bebas. Sisanya terikat dalam tulang, protein intraseluler, RNA, atau ATP, kebanyakan di otot dan hepar. Absorpsi gastrointestinal dipengaruhi oleh vitamin D, hormon paratiroid, dan reabsorpsi kalium. Hipomagenesemia sering berhubungan dengan hipokalsemia.
0 comments:
Post a Comment