Showing posts with label pediatrik. Show all posts
Showing posts with label pediatrik. Show all posts

Thursday, January 14, 2010

Kondisi Elektrolit Neonatus


Natrium
Kadar Natrium normal berkisar 135-145 mmol/l, dikontrol oleh sistem renalis. Natrium serum merupakan determinan penting untuk menentukan osmolalitas serum dan cairan ekstraseluler. Natrium urin tergantung pada GFR sedangkan pada neonatus GFR lebih rendah dibandingkan orang dewasa. Neonatus juga memiliki kapasitas tubular yang terbatas untuk reabsorpsi natrium sehingga neonatus lebih banyak kehilangan natrium. Metabolism natrium menyebabkan diuresis normal berkisar 2-4 mmol/kg/hari.


Hiponatremi
Kadar natrium <135 mmol/L dapat terjadi dengan kondisi hipovolumia, euvolemia, atau hipervolemia (tabel 1). Gejala biasanya tidak muncul sampai kadar natrium <120 mmol/L dan merupakan akibat cerebral edema yang berupa apathy, nausea, muntah, nyeri kepala, kejang dan koma. Berat ringannya gejala berhubungan secara langsung dengan dengan cepatnya onset dan besarnya derajat hiponatremi. Ginjal berespon terhadap hiponatremia dengan megeluarkan urin yang lebih terdilusi, tetapi sekresi ADH yang berespon terhadap hipovolumia akan berpengaruh terhadap respon ginjal ini. Dengan demikian pengukuran natrium urin akan dapat digunakan untuk membedakan penyebab hiponatremi. Kadar Natrium urin <10 mmol/L mengindikasikan respon ginjal yang cukup terhadap hiponatremi euvolemik. Jika kadar natrium urin >20mmol/L dapat mengindikasikan kerusakan tubulus renalis atau hipervolemia.
Hipernatremia
Hipernatremia (kadar Na serum>145 mmol/L) dapat terjadi pada berbagai kondisi hidrasi (tabel 1). Pada anak-anak lebih banyak terjadi akibat kondisi sekunder yang diakibatkan oleh kehilangan cairan hipotonik seperti pada diare. Gejala klinis meliputi membrane mukosa yang kering, penurunan turgor kulit, ngantuk iritabilitas, hipertonik, kejang dan koma. Kehilangan cairan dari jaringan otak dapat terjadi pada robeknya pembuluh darah dan perdarahan cerebral. Jaringan otak berespon dengan menahan taurine intraseluler yang diharapkan akan meningkatkan kembalinya air dari ekstraseluler ke intraseluler.
Kalium
Kalium merupakan kation yang paling banyak di intraseluler dan penting untuk menjaga mekasisme transport transmembran. Konsentrasi normal Kalium berkisar antara 3,5-5,8 mmol/L. pada 24-72 jam postpartum , perpindahan kalium dalam jumlah besar terjadi dari intraseluler ke ekstraseluler menghasilkan peningkatan kadar potassium plasma. Kondisi ini ditambah dengan fase diuresis yang mengurangi ekskresi kalium dengan membatasi ketersediaan air dan natrium. Kondisi ini berhubungan dengan prematuritas dan berpengaruh terhadap morbiditas neonatus. Kalium menurun kadarnya pada akhir fase diuresis dan saat ekskresi kalium meningkat. Pemberian suplemen kalium tidak diperlukan pada hari pertama kelahiran, setelah diuresis intake maintenan antara 1-3 mmol/kg dapat dilakukan.
Hipokalemia
Hipokalemia biasanya terjadi iatrogenic, karena intake kalium inadekuat ataupun penggunakan diuretic. Hipokalemia dapat juga terjadi pada muntah, diare, alkalosis (yang mengakibatkan pergeseran kalium intraseluler) atau pada gagal ginjal poliuri. Insulin dan sistem simpatis juga mengakibatkan pergeseran kalium ke intraseluler dan memicu terjadinya hipokalemi. Gradient normal ion terputus dan dapat mengakibatkan abnormalitas konduksi otot yang berupa aritmia, ileus paralitik, retensi urin dan paralisis otot pernapasan.
Hiperkalemia
Penyebab hiperkalemia meliputi asidosis metabolik, nekrosis jaringan yang disertai dengan pelepasan kalium intraseluler, gagal ginjal akut, intake yang berlebihana, insufisiensi adrenal, DM tergantung insulin, hemolisis berat. Hiperkalemia dapat dipicu oleh hipoksia, asidosi metabolik, stress katabolisme, dan oliguria. Bayi preterm dapat mengalami hiperkalemia dengan kehilangan jumlah cairan yang banyak. Seperti pada hipokalemia, hiperkalemia dapat menyebabkan gangguan transport elektrlit di membrane sel sehingga dapat menyebabkan aritmia jantung terasuk asystole.
Kalsium
Kalsium berperan penting dalam aktivitas enzim, kontraksi relaksasi otot, pembekuan darah, metablisme tulang, konduksi sistem saraf. Konsentrasi total kalsium dalam serum berkisar antara 1,8-2,0 mmol/l pada neonatus dan 2-2,5 mmol/l pada bayi matur dan terbagi menjadi 3 bagian. Sebanyak 30-50% terikat protein, 5-15% berbentuk komplek dengan sitrat, laktat, bikarbonat, dan ion anorganik. Sisanya berupa kalisum bebas yang merupakan metabolit aktif dan konsentrainya flutkutatif tergantung konsentrasi albumin. Ion hydrogen berkompetisi dengan kalsium untuk berikatan dengan albumin, sehingga pada kondisi asidosis konsentrasi kalsium akan meningkat.
Metabolism kalsium diatur oleh beberapa hormone, tetapi terutam oleh 1,25-dihydroxycholecalciferol (absorpi lambung, resorpsi tulang, penaingkatan rabsorpsi kalsium oleh ginjal), paratiroid (resorpsi ruling, penurunan ekskresi ginjal), dan kalsitoin (pembentukan tulang, dan peningkatan eksresi urin). Kalsium ditranport aktif dari maternal ke fetus melawan gradient konsentrasi sehingga akan terjadi hiperkalsemia peripartum. Pada kenyataannya sering terjadi penurunan konsentrasi kalsium post partum menjadi 1,8-2,1 mmol/l dan meningkat perlahan dalam 24-48 jam ke tingkat bayi normal.
Hipokalsemia
Selain terjadi hipokalsemia fisiologis pada neonatus, hipokalsemia juga dapat diakibatkan oleh hipoparatiroid, meliputi DiGeorge syndrome, insensifitas paratiroid pada neonatus yang dilahirkan dari ibu diabetes,yang kemungkinan berhubungan dengan hipomagnesemia. Manifestasi klinisnya dapat berupa tremor, kejang, dan interval QT yang memanjang.
Hiperkalsemia
Hiperkalsemia lebih jarang terjadi daripada hipokalsemia tetapi dapat berhubungan dengan kesalahan metabolisme sewaktu kelahiran, kesalahan tersebut dapat berupa hiperkalsemia-hipokalsiuria familial atau hiperparatiroid primer. Penyebab iatrogenic dapat berupa overdosis vitamin A atau defisiensi intake fosfat. Penyebab lain yang jarang adalah hiperparatiroid tersier, sindrom parancoplastic dan metastase ke tulang.
Magnesium
Magnesium merupakan kofaktor enzim yang penting yang berperan dalam etabolisme ATP dan glikolisis. Sebanyak 20 % magnesium terlibat dalam metabolisme aktif yang ditukar dengan ion aktif bebas. Sisanya terikat dalam tulang, protein intraseluler, RNA, atau ATP, kebanyakan di otot dan hepar. Absorpsi gastrointestinal dipengaruhi oleh vitamin D, hormon paratiroid, dan reabsorpsi kalium. Hipomagenesemia sering berhubungan dengan hipokalsemia.


Baca Selengkapnya......

Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Neonatus



Total Body Water (TBW) terbagi atas 2 kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Selama trimester I TBW sekitar 90 %, pada janin usia kehamilan 32 minggu sekitar 80%, pada bayi term menjadi 68-75%. Pada usia 3 bulan komposisi TBW menjadi sekitar 60% dari total massa tubuh. Penurunan TBW ini disertai dengan penurunan perbandingan cairan ekstraseluler (ECF) terhadap cairan intraseluler(ICF).

Perpindahan Cairan Neonatus
Keseimbangan cairan pada neonatus memperlihatkan adaptasi mekanisme homestatik terhadap perubahan lingkungan dan sirkulasi pada neonatus peripartum

Peripartum
Sebelum persalinan, produksi cairan paru-paru menurun, dan sisa cairan yang ada direabsorbsi. Selama persalinan efluks cairan melalui trakea meningkat dengan cepat, sehingga akan “mengeringkan” paru-paru, peningkatan tekanan arteri, perpindahan cairan ke plasma dari kompartemen vaskuler serta sedikit peningkatan hematokrit. Tranfusi dari plasenta dapat terjadi jika terlambat mengeklem plasenta ataupun jika bayi diletakkan lebih rendah dari plasenta, jika ini terjadi maka akan menyebabkan peningkatan >50% sel darah dan volume darah. Polisitemia ini dapat mengakibatkan konsekuensi yang berat berupa kelemahan saraf, pembentukan thrombus serta iskemia jaringan.

Postpartum
Pada postpartum hari 1, neonatus oligouri. Pada hari ke-2 dan 3 perpindahan cairan dari intraseluler ke ekstraselure menghasilkan diuresis dan natriuresis, ini merupakan salah satu penyebab penurunan berat badan selama minggu pertama postpartum (5%-10% pada bayi term dan 10-20% pada bayi prematur). Diuresis ini tidak berhubungan dengan intake cairan atapun kehilangan cairan dan kemungkinan berhubungan dengan peningkatan tiba-tiba natrium peptide di atrial sewaktu postnatal.
Berat badan neonatus pada akhirnya dipengaruhi oleh peningkatan massa jaringan dan cairan intraseluler tapi bukan eksrtraseluler. Setelah hari ke-5 postpartum ekskresi urin mulai mencerminkan status cairan bayi.


Fungsi Ginjal
Selama hari pertama kelahiran terjadi peningkatan perfusi korteks terluar ginjal. GFR meningkat dengan cepat pada periode ini, tetapi renal blood flow tidak mengalami perubahan. Pada hari berikutnya korteks ginjal yang lebih dalam akan mengimbangi peningkatan perfusi kortek yang lebih luar. Penurunan resistensi renovaskular terjadi dengan cepat mengakibatkan terjadinya peningkatan GFR selama 3 bulan awal yang diikuti dengan peningkatan lambat pada usia 12-24 bulan. Bayi prematur dan berat badan rendah memiliki GFR yang lebih rendah dibandingkan bayi matur dan peningkatan GFR secara cepat pada usia awal kelahiran tidak terjadi. Karena perubahan yang cepat pada GFR maka pengukuran kreatinin plasma untuk mengetahui fungsi ginjal sulit dilakukan pada bayi postpartum.
Osmolalitas urine dipengaruhi oleh 2 faktor:
  • Melalui penyerapan di Ansa Henle menggunakan sistem umpan balik yang tergantung pada osmolilat di interstitial medula. Pada neonatus, osmolalitas yang rendah pada medulla ginjal menunjukkan sistem umpan balik tidak efektif. Osmolalitas urin neonatus 500-700 mOsm/kg, pada dewasa 1200 mOsm/kg mengakibatkan neonatus memiliki toleransi yang rendah terhadap peningkatan cairan.
  • Melalui Anti Diuretic Hormone (ADH). ADH diproduksi oleh kelenjar hipofise setelah usia kehamilan 12 minggu, ADH mengatur osmolalitas cairan dengan cara meningkatkan reabsorpsi cairan di tubulus renalis. Pada bayi matur ADH mencapai 275-280 mOsm/kg dan mendekati level orang dewasa, tetapi ginjal neonatus kurang berespon terhadap ADH yang diduga karena reseptor ADH yang jumlahnya baru sedikit ataupun karena konsentrasi ADH yang rendah di medulla ginjal.
SIADH (Syndrome Inapropriate Anti Diuretic Hormone) kemungkinan terjadi akibat cerebral injury, pulmonary injury, nyeri sewaktu pembedahan atapun pada hipoksia. Pada SIADH terjadi peningkatan berat badan, hiponatremi, oligouri dengan osmolalitas urin yang tinggi, dan perubahan rasio kadar natrium urin terhadap natrium plasma. Kondisi ini dapat diatasi dengan pembatasan cairan dan pemberia desmopresin nasal.



Baca Selengkapnya......

Thursday, December 31, 2009

Pediatrik


Baca Selengkapnya......
 

Pembaca

Anda setuju patung Obama di Taman Menteng?

Template by NdyTeeN