Total Body Water (TBW) terbagi atas 2 kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Selama trimester I TBW sekitar 90 %, pada janin usia kehamilan 32 minggu sekitar 80%, pada bayi term menjadi 68-75%. Pada usia 3 bulan komposisi TBW menjadi sekitar 60% dari total massa tubuh. Penurunan TBW ini disertai dengan penurunan perbandingan cairan ekstraseluler (ECF) terhadap cairan intraseluler(ICF).
Perpindahan Cairan Neonatus
Keseimbangan cairan pada neonatus memperlihatkan adaptasi mekanisme homestatik terhadap perubahan lingkungan dan sirkulasi pada neonatus peripartum
Peripartum
Sebelum persalinan, produksi cairan paru-paru menurun, dan sisa cairan yang ada direabsorbsi. Selama persalinan efluks cairan melalui trakea meningkat dengan cepat, sehingga akan “mengeringkan” paru-paru, peningkatan tekanan arteri, perpindahan cairan ke plasma dari kompartemen vaskuler serta sedikit peningkatan hematokrit. Tranfusi dari plasenta dapat terjadi jika terlambat mengeklem plasenta ataupun jika bayi diletakkan lebih rendah dari plasenta, jika ini terjadi maka akan menyebabkan peningkatan >50% sel darah dan volume darah. Polisitemia ini dapat mengakibatkan konsekuensi yang berat berupa kelemahan saraf, pembentukan thrombus serta iskemia jaringan.
Postpartum
Pada postpartum hari 1, neonatus oligouri. Pada hari ke-2 dan 3 perpindahan cairan dari intraseluler ke ekstraselure menghasilkan diuresis dan natriuresis, ini merupakan salah satu penyebab penurunan berat badan selama minggu pertama postpartum (5%-10% pada bayi term dan 10-20% pada bayi prematur). Diuresis ini tidak berhubungan dengan intake cairan atapun kehilangan cairan dan kemungkinan berhubungan dengan peningkatan tiba-tiba natrium peptide di atrial sewaktu postnatal.
Berat badan neonatus pada akhirnya dipengaruhi oleh peningkatan massa jaringan dan cairan intraseluler tapi bukan eksrtraseluler. Setelah hari ke-5 postpartum ekskresi urin mulai mencerminkan status cairan bayi.
Fungsi Ginjal
Selama hari pertama kelahiran terjadi peningkatan perfusi korteks terluar ginjal. GFR meningkat dengan cepat pada periode ini, tetapi renal blood flow tidak mengalami perubahan. Pada hari berikutnya korteks ginjal yang lebih dalam akan mengimbangi peningkatan perfusi kortek yang lebih luar. Penurunan resistensi renovaskular terjadi dengan cepat mengakibatkan terjadinya peningkatan GFR selama 3 bulan awal yang diikuti dengan peningkatan lambat pada usia 12-24 bulan. Bayi prematur dan berat badan rendah memiliki GFR yang lebih rendah dibandingkan bayi matur dan peningkatan GFR secara cepat pada usia awal kelahiran tidak terjadi. Karena perubahan yang cepat pada GFR maka pengukuran kreatinin plasma untuk mengetahui fungsi ginjal sulit dilakukan pada bayi postpartum.
Osmolalitas urine dipengaruhi oleh 2 faktor:
Keseimbangan cairan pada neonatus memperlihatkan adaptasi mekanisme homestatik terhadap perubahan lingkungan dan sirkulasi pada neonatus peripartum
Peripartum
Sebelum persalinan, produksi cairan paru-paru menurun, dan sisa cairan yang ada direabsorbsi. Selama persalinan efluks cairan melalui trakea meningkat dengan cepat, sehingga akan “mengeringkan” paru-paru, peningkatan tekanan arteri, perpindahan cairan ke plasma dari kompartemen vaskuler serta sedikit peningkatan hematokrit. Tranfusi dari plasenta dapat terjadi jika terlambat mengeklem plasenta ataupun jika bayi diletakkan lebih rendah dari plasenta, jika ini terjadi maka akan menyebabkan peningkatan >50% sel darah dan volume darah. Polisitemia ini dapat mengakibatkan konsekuensi yang berat berupa kelemahan saraf, pembentukan thrombus serta iskemia jaringan.
Postpartum
Pada postpartum hari 1, neonatus oligouri. Pada hari ke-2 dan 3 perpindahan cairan dari intraseluler ke ekstraselure menghasilkan diuresis dan natriuresis, ini merupakan salah satu penyebab penurunan berat badan selama minggu pertama postpartum (5%-10% pada bayi term dan 10-20% pada bayi prematur). Diuresis ini tidak berhubungan dengan intake cairan atapun kehilangan cairan dan kemungkinan berhubungan dengan peningkatan tiba-tiba natrium peptide di atrial sewaktu postnatal.
Berat badan neonatus pada akhirnya dipengaruhi oleh peningkatan massa jaringan dan cairan intraseluler tapi bukan eksrtraseluler. Setelah hari ke-5 postpartum ekskresi urin mulai mencerminkan status cairan bayi.
Fungsi Ginjal
Selama hari pertama kelahiran terjadi peningkatan perfusi korteks terluar ginjal. GFR meningkat dengan cepat pada periode ini, tetapi renal blood flow tidak mengalami perubahan. Pada hari berikutnya korteks ginjal yang lebih dalam akan mengimbangi peningkatan perfusi kortek yang lebih luar. Penurunan resistensi renovaskular terjadi dengan cepat mengakibatkan terjadinya peningkatan GFR selama 3 bulan awal yang diikuti dengan peningkatan lambat pada usia 12-24 bulan. Bayi prematur dan berat badan rendah memiliki GFR yang lebih rendah dibandingkan bayi matur dan peningkatan GFR secara cepat pada usia awal kelahiran tidak terjadi. Karena perubahan yang cepat pada GFR maka pengukuran kreatinin plasma untuk mengetahui fungsi ginjal sulit dilakukan pada bayi postpartum.
Osmolalitas urine dipengaruhi oleh 2 faktor:
- Melalui penyerapan di Ansa Henle menggunakan sistem umpan balik yang tergantung pada osmolilat di interstitial medula. Pada neonatus, osmolalitas yang rendah pada medulla ginjal menunjukkan sistem umpan balik tidak efektif. Osmolalitas urin neonatus 500-700 mOsm/kg, pada dewasa 1200 mOsm/kg mengakibatkan neonatus memiliki toleransi yang rendah terhadap peningkatan cairan.
- Melalui Anti Diuretic Hormone (ADH). ADH diproduksi oleh kelenjar hipofise setelah usia kehamilan 12 minggu, ADH mengatur osmolalitas cairan dengan cara meningkatkan reabsorpsi cairan di tubulus renalis. Pada bayi matur ADH mencapai 275-280 mOsm/kg dan mendekati level orang dewasa, tetapi ginjal neonatus kurang berespon terhadap ADH yang diduga karena reseptor ADH yang jumlahnya baru sedikit ataupun karena konsentrasi ADH yang rendah di medulla ginjal.
1 comments:
wah susah juga ngerawat neonatus, emang bukan manusia mini
Post a Comment